Monday, January 1, 2018

New Journey, Again …..



Halo, kembali lagi menulis di awal 2018 ….

Jadi mau nulis apa ya ? Hehehe, sudah setahunan lebih sepertinya aku gak melakukan kegiatan menulis lagi. Rasanya kangen, walaupun tulisanku masih di level yang itu-itu aja, tapi ya tetep aja kangen buat gerakin jari di keyboard dan ngeluarin uneg-uneg yang ada …

Ada apa di awal 2018 ini ? Nggak ada yang spesial sebenarnya, semua berjalan seperti biasa dan seperti semestinya. Paling aku cuma mau throwback ke setahun belakangan ini dimana aku sudah mulai bekerja di kantor baru.

Yap, new place, new atmosphere and meet new people. Kerjaanku sekarang ini berkaitan dengan pelayanan masyarakat alias bekerja di kantor negeri. Bukan PNS memang tapi hanya berstatus honorer, but it’s give me more value experience …

Selama setahun kemarin aku banyak ngalamain berbagai hal yang menyenangkan,menyedihkan bahkan memalukan sebagai pegawai honorer. Kalau untuk pekerjaan, ya sama aja dimana-mana pekerjaan itu, ada susah dan senengnya, tinggal gimana kita bisa menyikapi kesulitan atau tantangan yang ada.

Hanya yang menjadi catatan buatku pribadi adalah gimana aku bisa menghargai proses pendewasaan diriku di tempat kerja baru ini. Aku mulai bisa belajar bahwa gak ada yang sempurna dan berani buat mengakui kalau aku kalah dan salah.

Buat orang lain mungkin apa yang aku rasakan adalah hal lebay, tapi percayalah bahwa ada banyak orang yang punya penyakit mental seperti aku. Takut untuk bisa menerima rasa sakit dana kekalahan. Dan di pekerjaan baru ini banyak orang baru yang aku temui yang kemudian mengajarkan bahwa hidup gak harus selalu serius, gak harus selalu berbicara tentang pencapaian-pencapaian tinggi. Bahwa hal sederhana yang bisa kamu raih juga patut untuk kamu hargai dan banggakan, sekecil apapun itu.

Di kantor baru ini aku mulai bisa mengontrol ke-clumsy-anku, meski terkadang masih ada aja hal yang aku lakukan deggan ceroboh (mungkin emang udah sifat dasarku begitu kali ya :p). Aku juga sudah belajar untuk membaca diriku biar tahu dimana letak kekurangan dan kelebihanku sendiri. Dengan begitu aku jadi bisa mengatur ritme kerja dan cara bergaulku biar bisa sedikit lebih normal.

Memangnya dulu aku kurang normal ? Well, yaaahh, terkadang aku menganggap cara berpikirku itu aneh dan hal itu bisa aja tercermin dalam tingkah lakuku. Aku bukannya sok menjadi alien,hanya saja aku merasakan sendiri bahwa beberapa sikapku memang tidak biasa bagi kebanyakan orang (sampai saat ini sebenarnya aku berharap ini hanyalah sebatas pikiranku saja)

Karenanya aku lebih mengatur lagi sikap dan caraku berpikir agar orang tidak salah mengira kalau aku childish, awkward atau aneh. Bukannya tidak menjadi diri sendiri, hanya saja mulai menyesuaikan dengan lingkungan sekitar.

Apa lagi ya yang kudapatkan dari kantor baru ini ?

Ohya, bahwa segala sesatu akan berjalan sebagaimana mestinya, pada tempat dan waktu yang tepat.
Jujur aku baru benar-benar merasakan arti dari pepatah bijak bahwa kalau rejeki tidak akan lari kemana ketika melamar di kantor ini. Aku, yang secara usia dan latar belakang pendidikan sepertinya mustahil bisa bekerja di intansi tersebut, ternyata dengan izin Allah SWT bisa bekerja disana dan Alhamdulillah masih diperpanjang kontraknya hingga saat ini. Padahal dulu setelah lulus SMA aku sempat gagal 2x saat mencoba tes untuk bekerja di kantor pegawai negeri, namun malah di umur segini akhirnya bisa mencicipi bagaimana kerja di kantor pemerintahan.

Saat itulah aku baru sadar bahwa mungkin memang di kantor inilah sumber rejeki dan tempat buat menjalani kehidupanku, entah sampai berapa tahun ke depan. Bahwa di kantor ini juga tempat aku akan mencari pengalaman baru, ilmu baru dan berbagi cerita dengan orang-orang baru.


Berharap, semoga di tahun 2018 semua rencanaku bisa berjalan dengan lancar, dan walaupun ada hambatan atau kesulitan nantinya, semoga aku diberi kekutan dan kelapangan untuk bisa melewatinya, aamiin ….


Pic by Google
»»  LANJUT LAGI...

Saturday, September 2, 2017

Mimpi Itu Menyusahkan ...




Terlalu banyak keinginan, terlalu banyak mimpi, terlalu banyak berimajinasi.

Benar kata orang, bahwa bermimpilah setinggi langit karena dengan begitu kamu memiliki target dan tujuan yang tinggi. Tapi ada pula yang mengatakan bahwa bermimpilah setinggi atap rumah, karena hal itu lebih realistis. Kenapa ? karena setidaknya atap rumah masih bisa kamu jangaku, dengan tangga misalnya.

Begitu banyak hal yang aku inginkan, dan percayalah bahwa hal-hal tersebut di luar semua kemampuanku saat ini. Baik dari segi skill, waktu dan dana juga tentunya.

Tapi bagi yang merasa memiliki mimpi pasti juga mengalami hal yang sama denganku. Bahwa meski hanya berupa mimpi, hal tersebut sangatlah menyenangkan.

Seperti mimpi ingin menjadi traveler dan berkelana ke berbagai lokasi menarik di dunia misalnya. Bahkan hanya dengan melihat foto-foto keindahan kota Jepang atau membaca blog pengalaman traveler yang pernah singgah ke negeri sakura tersebut, rasanya hati ini sudah ikut senang. Dan kemudian imajinasi ini mulai bermain jika seandainya aku yang pergi ke Jepang maka aku akan mengunjungi berbagai tempat yang direkomendasikan para traveler tersebut.

See ?? hanya dengan bermimpi aku sudah mulai merencanakan berbagai banyak hal, meskipun belum tahu pasti kapan mimpi itu menjadi kenyataan. Aku sudah merasa bahagia, bahkan hanya dengan membayangkannya saja.  Begitu ajaibnya kekuatan bermimpi itu kan ?!

Namun, memiliki mimpi dan berharap pada kenyataan itu seperti membenturkan  dua bola yang menggelinding keras secara berlawanan. Efeknya sangat dahsyat, baik pada bunyi ataupun akibatnya. Seperti itulah ketika aku bermimpi tinggi dan kemudian menghadapi kenyataan saat itu, maka buuummmm !!! rasanya sakit karena mimpi itu hanya sekedar angan-angan yang jauh.

Bahkan kemudian setan mulai membisiki karaguan, bagaimana jika mimpi itu tidak pernah menjadi kenyataan ? Bagaimana jika alur hidupmu akan berubah 180 derajad dan membuat mimpimu menguap tanpa sisa ?

Saat itulah kemudian aku akan menarik napas panjang dan berat, bahwa memiliki mimpi itu terasa menyusahkan. Siapa bilang bermimpi itu mudah ? Tidak !! Karena setelahnya kita harus menghadapi bahwa itu hanyalah mimpi, yang wujud atau bentuknya pun belum mampu kita rasakan.


Tidak bermaksud untuk menjadi orang yang pesimis, tapi memang harus realistis. Atau bisa saja kamu tetap ngotot untuk bermimpi setinggi langit, tapi tentu saja harus bersiap ketika kenyataan akan menarik anganmu dan membenturkannya kembali ke bumi dengan keras.

Pict by Google
»»  LANJUT LAGI...

Saturday, May 20, 2017

Tentang Kamu



Kenangan itu bertajuk kamu

Yang hari-hari akhir ini berkeliaran dengan tidak sopan di pikiranku,

Ketika pagi, bayangmu menjelma diantara roti dan susu

Ketika siang, suaramu terdengar diantara ketak-ketik laptopku

Dan ketika malam, imajinasiku berkeliaran tentang waktu lalu bersamamu

Kenangan itu selalu tentang kamu

Yang tidak kumengerti mengapa belum mengabu

Padahal jejak, wangi serta sidik jarimu sudah terhapus oleh waktu

Kenangan itu sepertinya akan selalu tentang kamu

Ketika nafas ini masih berhembus, kaki ini masih melangkah dan jantung ini terus berpacu

Sepertinya, aku memang belum bisa melupakanmu ….                      
»»  LANJUT LAGI...

Sunday, April 30, 2017

Just Cry !!!



Menangis, semua orang pernah dan pasti melakukan hal tersebut. Dari bayi saja sudah dimulai dengan tangisan, dan ketika di akhir kehidupan pun tangisan akan mengiringi kematian.

Kok rasanya berat banget ya topik postingan kali ini ? Nggak serius-serus banget sih sebenarnya. Topik tangisan ini cuma hasil pikiran iseng gara-gara sering nonton drama korea yang ngebuat mewek. Dan rasanya wajar kalau kita menangis hanya karena cerita drama, novel atau bahkan mendengar lagu yang mellow. Itu kan artinya kita punya perasaan yang sensitive peka dan terlebih emosi kita masih sehat.

Tapi memang tidak disarankan untuk menangis terlalu berlebihan, karena kesannya jadi cengeng dan lebay. Yaaa sewajarnya aja, tangisi peristiwa yang pantas dan harus ditangisi.

Buatku, menangis gak perlu nunggu momen special seperti lagi sedih atau bahagia banget. Ya seperti itu tadi, nonton drakor yang ada adegan menyentuh hati juga udah bisa buat air mata ini brebes mili kok :p Dan aku yakin banyak orang juga yang seperti aku ini.

Selain itu dari beberapa artikel online yang kubaca, ada beberapa manfaat menangis yang ternyata bagus buat kesehatan mental dan fisik kita, seperti berikut ini:

  • Sebagai detoksifikasi

Nah, salah satu manfaat dari menangis adalah untuk membersihkan racun dari tubuh kita, caranya ya dengan mengalirkan racun-racun tersebut melalui air mata. Racun-racun yang dibawa air mata ini biasanya terbentuk karena adanya tekanan atau stress yang kita rasakan. Tau dong kalau stress nggak hanya mengakibatkan penyakit mental, tapi juga bisa menjalar jadi penyakit fisik seperti pusing atau imunitas tubuh yang mnurun. Nah, menangis bisa menjadi terapi detoksifikasi yang paling alami, tanpa bantuan alat apapun dan pastinya aman J
  • Meredakan stress

Stress ternyata bisa mengakibatkan penimbunan bahan kimia yang diproduksi berlebihan oleh tubuh. Masih menyambung dari penjelasan di atas, bahwa menangis bisa mengeluarkan racun-racun dari tubuh. Nah, ketika stress ternyata tubuh memproduksi banyak zat kimia seperti prolaktin dan endorphin yang mana akan menjaid racun jika terlalu banyak. Dengan menangis, maka zat-zat beracun tersebut akan keluar dan dapat membuat rasa stress lebih berkurang.
  • Membersihkan mata

Jarang menangis ? Hmmm, walaupun terlihat cool, tegar dan berhati kuat bagi orang lain, tapi ternyata jarang menangis juga nggk terlalu baik. Air mata memiliki fungsi sebagai pembersih bagi bola mata kita dari debu, bakteri serta kuman-kuman mengganggu lainnya. Nah, kalau jarang menangis berarti kuman dan bakteri tersebut bisa menumpuk bukan ?
  • Melegakan perasaaan

Banyak orang yang bilang kalau sedang merasakan beban berat atau bersedih begitu hebat, maka menangislah untuk melegakan perasaanmu. Dan ternyata itu memang benar. Karena dengan menangis rasa stress bisa menjadi lebih berkurang serta pikiran akan lebih jernih. Selain itu menangis merupakan sebuah ekspresi, sehingga jika ada beban berat atau kesedihan yang dirasakan, menyalurkannya dengan menangs bisa menjadi salah satu pelepasan yang melegakan.
  • Membuat mood lebih baik

Nah, setelah rasa stress berkurang, perasaan sedikit lebih baik, maka mood bisa kembali terangkat. Menurut artikel yang kubaca juga menangis bisa merangsang tubuh untuk mengeluarkan hormon kebahagiaan sehingga menangis akan membuat mood berubah menjadi lebih menyenangkan.

***

Dari beberapa artikel yang kubaca, aku jadi menyimpulkan bahwa menangis merupakan terapi alami serta pertolongan pertama ketika ada hal-hal yang mengusik perasaan kita. Meski menangis nggak lantas menyelesaikan masalah, namun dengan melakukan hal itu setidaknya sudah membuat perasaan kita lebih baik.

Mungkin ada yang pernah mengalami punya masalah berat sampai mau nasgis, dan setelah menangis perasaan jadi plong dan lega. Nah, setelah perasaan menjadi lega baru deh pikiran kita bisa bekerja normal untuk mulai memikirkan pemecahan dari masalah tersebut. Jadi kalau ada masalah yang begitu berat sampai rasanya mau nangis, ya udah nangis aja, jangan malu dan ditahan.

Menahan tangisan justru akan membuat perasaan jadi lebih kacau dan sulit. Selain itu tekanan atau stress juga makin meningkat sehingga wajar jika diklimaksnya malah akan membuat tubuh menjadi sakit.

Aku sendiri terkadang justru mencari momen untuk bisa menangis. Biasanya kalau tiba-tiba merasa galau aku bakal nyari drama atau film yang sedih biar bisa menangis. Karena kalau nggak perasaanku bakalan jadi sensitif dan suatu saat bisa nangis cuma karena masalah sepele. Dan setelah nangis biasanya moodku jadi lebih baik lagi.

Tapi menangis berlebihan juga nggak boleh ya. Selain malah menimbulkan rasa stress, mata juga bisa bengkak akut kalau terus-terusan mengeluarkan air mata. Seperti yang aku tulis di awal tadi, menangislah seperlunya dan seharusnya. Karena menangis membuktikan kita masih menjadi manusia yang normal, sehat dan membuat perasaan menjadi lebih nyaman ;)

Yang lebih penting lagi menangis ini berlaku untuk semua gender. Gak peduli cewek atau cowok sangat perlu untuk menangis. Gak usah berlagak cool atau merasa kuat, karena Tuhan sudah menciptakan tangisan sebagai bentuk ekspresi dan bentuk pertolongan pertama-Nya untuk menenangkan hatimu ketika sedang kacau J

Oiya, karena keseringan nonton drakor aku jadi punya fetish tersendiri terhadap orang nangis. Kesannya kalau mereka nangis itu malah lebih keliatan cantik dan sexynya, hehehe. Tapi fetish ini cuma berlaku kalau nangisnya mode kalem loh ya, artinya cuma mengeluarkan air mata tanpa harus teriak kejer macam anak kecil yang direbut mainannya :p



pic from Google
»»  LANJUT LAGI...

Gadis Hujan




Dia sangat menyukai hujan

Diantara semua musin di dunia ini, musim hujan adalah musim favoritnya.

Dia bilang, karena hujan seperti tempatnya untuk bersembunyi. Hujan cocok dengan suasana hati seperti apapun, mau senang, sedih, gelisah ataupun marah.

“Aku juga suka dengan wangi saat hujan,” Yang ia maksud adalah wangi tanah ketika dan setelah hujan turun. Benar-benar wangi yang khas bukan ? Semua orang pasti bisa mengingat wangi tersebut sebagai perlambang hujan.

“Yang terpenting, saat hujan aku bisa menyembunyikan semuanya, bahkan tangisanku bisa tertutupi dengan sempurna,” ucapnya sambil tersenyum lebar padaku.

“Bagi sebagian orang hal itu seperti tingkah seorang pengecut, hanya berani menangis saat sedang hujan,” lanjutnya menjelaskan “Tapi menurutku tidak begitu. Justru ketika menangis saat hujan kita tidak akan membuat orang lain melihat kesedihan kita dan ikut khawatir akan hal tersebut”
Dia tetap berceloteh tentang hujan, tangis dan kesedihan, diiringi tatapanku yang mengiba,

“Kau tahu, aku tidak suka dengan tatapanmu seperti itu !” wajahnya berubah cemberut sambil melihat dengan sedikit marah padaku.

Ya, ya, aku tau tatapan seperti apa yang ia benci, tatapan mengasihani.

“Aku bukan anak anjing yang terlantar dan tidak bisa apapun, jadi berhenti menatapku dengan rasa kasihan seperti itu !”

Dia memang tidak pernah ingin dikasihani. Sesulit apapun waktu yang sudah ia lalui, anti baginya untuk menerima belas kasihan orang lain. Dia tegar atau setidaknya penampilan seperti itulah yang ingin ia perlihatkan pada semua orang.

Tapi, ketegaran macam apa yang bisa ia bangun dari berbagai kesengsaraan hidupnya ? Aku bertanya-tanya sendiri dalam hati. Usianya masih sangat muda, namun kehidupan seolah tak pernah berbaik hati padanya.

Ditelantarkan, dilecehkan dan terbuang, hampir tidak ada pernik kebahagiaan yang bisa membuatnya menikmati hidup ini.

“Siapa bilang aku tidak bahagia ? Aku bahagia, sangat bahagia,” elaknya antusias ketika suatu kali aku bertanya tentang ketidak bahagiaannya.

Dia gadis paling cantik yang pernah aku temui. Senyumannya sangat lembut dan hangat. Kau bisa merasakan keramahan dan kebaikan hatinya, bahkan hanya dengan memandang wajahnya saja. Gadis cantik yang memiliki kebahagiaan paling aneh menurutku, kebahagiaan akan hujan.

“Hujan satu-satunya yang bisa kumiliki tanpa harus meminta atau berebut dengan orang lain,” katanya suatu hari ketika aku bertanya mengapa ia sangat memuja hujan.

“Hujan juga tidak akan pernah berubah, dengan bunyinya, dengan wanginya, hujan akan selalu memberikan perasaan yang sama ketika aku menjumpainya,” Dia berbicara dengan dilatarbelakangi suara hujan. Hujan kesekian kalinya di pertengahan Februari ini.

“Rasanya semua orang pasti berharap mendapatkan kekasih yang tidak pernah berubah bukan ? Nah, bagiku, kekasihku adalah hujan, karena ia tidak pernah berubah,” matanya berubah menjadi sendu sesaat.

Aku penasaran, pernahkah di masa lalunya ia memiliki seorang kekasih ? Ataukah jangan-jangan ia pernah terluka oleh orang yang sangat ia cintai ?

“Nah, jadi, bolehkah aku sekarang keluar untuk bermain hujan?” tanyanya sambil menatap memohon kepadaku.

Aku melihatnya dengan pandangan melarang yang pasti langsung ia mengerti.

“Sebantaaar saja, tolonglah …. Aku bisa bermain di lapangan belakang tanpa ada yang tahu, kau bisa mengawasiku, hanya sebentar saja, ya ?” ekspresinya saat ini sangat lucu, seperti anak kecil yang merajuk untuk mendapatkan permen kesenangannya. Kontras dengan usianya yang akan segera beranjak 22 tahun di Maret nanti.

Melihat wajahnya yang penuh binar pengharapan seperti itu membuatku tak tega. Dengan banyaknya penderitaan yang ia alami, hanya bermain hujan saja sudah menjadi kemewahan tersendiri yang sulit ia dapatkan. Terlebih mengingst kondisinya saat ini ….

Dia masih memandangku dengan tatapan-memelas-memohonnya, yang membuat pertahananku runtuh dan akhirnya dengan perlahan kuanggukan kepalaku. Yah, untuk urusan tanggung jawab akan aku pikirkan nanti. Karena melihat gadis ini melomat kegirangan dan melesat menuju halaman belakang dengan lincah, membuatku tidak menyesal akan persetujuanku tadi.

Penahkah kau melihat bunga yang mekar di pagi hari ? Indah dan segar bukan ?
Maka seperti itulah gadis ini di bawah guyuran hujan. Ia tersenyum, tertawa, melompat kecil bahkan sambil menari-nari kesenangan. Kusadari bahwa kebahagiaan gadis ini tidaklah aneh, hanya saja sangat sederhana, kebahagiaan akan hujan.

Tanpa kasih sayang keluarga, dengan kehormatan yang sudah tercabik-cabik, dan waktu yang mulai menipis, gadis ini hanya ingin menikmati kebahagiaannya sedikit lagi. Kebahagiaan yang tidak akan merugikan orang lain, yang tidak harus memohon pada orang lain ataupun membuatnya mengorbankan diri.

Aku tersenyum melihat keriangan gadis itu di bawah hujan, hingga kemudian mata kami beradu pandang, senyumku pun memudar. Sesaat, meski ia menatapku dengan wajah penuh senyum, entah bagaimana aku bisa melihat aliran kesedihan itu. Aliran air mata yang menyatu dengan lelehan air hujan di wajah tirusnya.


Hujan turun untuk kesekian kalinya …

“Kau baru dari pemakaman ?” Suster Nia menyapaku saat aku baru masuk ke kamar asrama, aku mengangguk pelan.

“Kau baik sekali mau menjadi satu-satunya kerabat untuk mengurus pemakamannya” Suster Nia menepuk pelan pundakku.

“Tidak ada kerabat yang datang menjenguk dan mengurus pemakamannya, aku pikir ini bisa menjadi bantuan terakhirku untuknya,” jelasku.

Suster Nia mengangguk maklum.

Bagaimana mungkin aku bisa mengabaikan begitu saja gadis itu? Setelah seluruh hidupnya selalu diabaikan dan tak ada seorang pun yang menjadi keluarga atau temannya.

Gadis dengan luka yang sangat dalam, melebihi luka fisik yang dideritanya ketika pertama kali datang ke rumah sakit tempatku bekerja. Dibuang oleh orang tunya, dijadikan pelacur saat masih anak-anak, disiksa jiwa, raga serta dihancurkan harga dirinya. Bahkan saat diawal merawatnya gadis itu tidak terlihat hidup, hanya ada sinar kepasrahan dan isyarat menyerah dalam matanya. Menyerah pada apapun yang akan dilakukan dunia ini padanya.

Hanya saat hujan turun, hanya pada saat itu saja sang gadis terlihat seperti manusia normal. Tersenyum kecil, memandang hujan dan … lebih hidup. Namun, lagi-lagi hidup tidak memberikannya waktu untuk bernapas dengan lega. Tumor stadium 4 diketahui sudah menyebar di otaknya, membuat waktu gadis itu di dunia bergantung pada perkiraan sang dokter.

Dan pagi tadi, waktu yang tersisa bagi sang gadis telah usai. Semenjak pagi juga hujan turun tak henti, bukan hujan panas yang menyakitkan atau hujan badai yang mengerikan, namun hujan yang menyejukkan. Hujan yang akan memberi rasa damai dan menyelimuti dari rasa takut.
Sekarang, gadis itu tidak perlu khwatir lagi, karena kini ia bisa menari di bawah hujan dengan sebebas-bebasnya, tanpa ada rasa sakit, terluka ataupun air mata …


(24 April 2017)

pic from Google
»»  LANJUT LAGI...

Saturday, April 1, 2017

Menulislah ... !!!

Pic from Google

Menulislah ….

Menulislah …

Menulislah…..

Kata-kata itu yang selalu terngiang ditelingaku setiap harinya, tapi pasti tidak tereksekusi dengan benar karena selau teralihkan dengan gadget, tontonan film atau koleksi drama korea terbaru.

Beberapa tahun belakangan ini keinginan untuk menulis itu pasang surut tergantung mood, meskipun lebih banyak surutnya. Alhasil blog nggak ada yang terisi dan bahkan hampir 3 bulan lebih blog buku-ku terabaikan.

Tentu aja itu adalah kemunduran mengingat aku pernah berjanji dan berkomitmen untuk rajin menulis. Tapi ya begitu, komitmen hanyalah komitmen, yang cuma tercetak di otak tapi sulit sekali diwujudkan menjadi sebuah bentuk tulisan.

Kalau inget aku pernah bercita-cita jadi penulis rasanya malu sendiri. Mana ada calon penulis yang malas menulis ? Yang mood nulisnya ancur dan seenaknya sendiri tanpa ada disiplin ?

Bahkan meski sudah memaksakan diri di depan laptop, nyatanya ada aja hal yang membuat perhatian teralihkan dan menajdi sangat malaaaassss sekali untuk menulis. Pernah aku mencoba resep untuk menulis apa saja, meski sedang kosong ide yang penting duduk di depan laptop, mau tau hasilnya ? setengah jam bengong dan berakhir dengan otak yang nyaris tertidur.

Suatu kali pernah berhasil menyelesaikan sebuah tulisan tentang resensi buku yang baru aku baca, dan rasa puasnya itu sangat besar sekali. Seolah-olah aku baru saja menyelesaikan pekerjaan penting yang maha berat dan merasa sangat bangga dengan diriku. Dalam hati sudah berjanji besok akan lebih semangat lagi menulis, tapi lagi-lagi, janji dalam hati hanya sebuah angan-angan yang gak pernah terwujudkan. Dan pada akhirnya hanya 1 post yang berhasil aku terbitkan dalam satu bulan itu.

Padahal kalau mau rajin ada banyak sekali ide-ide yang berlompatan di dalam otakku yang menunggu untuk dioalah. Tapi kemudian ide-ide itu menghilang bersama datangnya rasa ngantuk, capek dan malas yang keroyokan menyerang. Jadi bisa disimpulkan bahwa aku baru bisa menulis jika fisik dan otakku dalam mode fresh, segar, penuh motivasi dan onfire !!!

Baru saja aku tersentil dengan postingan seorang teman FB yang menulis diblognya tentang kebingungan memilih tema cerita fiksi yang mau dia tulis. Dari situ aku jadi tertampar sendiri. Karena teman FB ini termasuk yang aktif berkegiatan mulai dari kerja, main musik dan sebagianya, tapi ternyata dia masih punya waktu untuk menulis.

Bahkan ketika aku tanya apa dia punya waktu untuk main gadget dan nonton TV, dia menjawab bahwa ia masih punya waktu ntuuk melakukan hal-hal tersebut. Nah, berarti memang kadar malas dan manajemen waktuku untuk membagi kegiatan sangat buruk bukan ? Kenapa dia masih bisa menulis meski seharian sudah bekerja sedangkan aku yang di hari sabtu-minggu libur malah tidak bisa menghasilkan apa-apa ?

Nah, karena adanya motivasi tinggi itulah sekarang ini aku menulis lagi. Curhat tentang bagaimana mood menulisku yang kacau (sebenarnya mood membaca juga gak kalah ancur, tapi lain kali aja dibahas ;p ) dan berharap semoga semangat menulis yang ada sekarang tetap membara sampai minggu depan, bulan depan atau bahkan hingga di sepanjang tahun 2017.


Aku ingin lagi merasakan sensasi menulis cerita dengan adegan-adegan yang berkejaran diotakku, yang kemudian dirangkai jadi sebuah karya dan gak peduli itu jelek atau bagus. Pokoknya aku hanya ingin menulis, menciptakan dunia lain, seperti para penulis besar favoritku yang selalu berhasil membawa aku masuk ke dunia cerita mereka sampai ingin melupakan dunia nyata ….
»»  LANJUT LAGI...