Thursday, May 3, 2012

NO TITLE


Pemakaman yang sunyi. Di siang hari seperti ini rasanya kesunyian itu seperti sedang berbicara sesuatu. Seolah ingin memberikan pesan pada alam sekitarnya, bahwa di sini, di bawah gundukan tanah-tanah ini, terdapat tubuh-tubuh yang telah kehilangan jiwanya.

Gadis itu hanya terdiam, pandangannya lurus pada sebuah makam yang nampak baru. Tanah coklatnya masih segar, nisannya pun masih terlihat mulus dan terpatok kuat ke dalam bumi.
Ketika orang lain melihatnya, yang terlintas adalah bahwa mungkin gadis ini sedang berduka atas kehilangan orang yang dikasihi, dan mungkin saat ini sedang terputar jelas rekam kenangannya bersama tubuh yang sudah terbaring kaku di bawaha sana.

Angin mendesau ringan di telinganya, dan gadis itu masih betah untuk hanya diam dan memandang makam itu.
Ya, makam itu adalah makam orang yang dikenalnya, tapi bukan orang yang dikasihinya. Dan kenangan yang ada dikepalanya saat ini bagaikan sebuah mimpi buruk yang baru dilaluinya, dan ia baru saja terbangun saat jasad itu terkubur dalam tanah, dan memastikan bahhwa tubuh mati itu tidak akan mengusik kebahagiaannya.

Sebuah mimpi buruk dalam hidupnya yang bermula dari kesadarannya bahwa ia adalah seorang yatim piatu, bahwa dia hanyalah seorang anak angkat yang dibesarkan disebuah keluarga kaya yang penuh kehangatan, dan bahwa yang dimilikinya hanyalah karena belas kasihan. Dan dia benci akan hal itu.

Kenapa harus dia yang menjadi anak angkat ??
Kenapa harus dia yang menjadi orang terbuang ??
Hidup ini tidak cukup adil kan ??
Berkali-kali pertanyaan itu yang menghentak di pikirannya, dan tidak seorangpun yang mengerti.

Hingga kemudian rasa iri itu datang dengan sendirinya. Membalut semua kebencian itu dengan sebuah sifat alami manusia, keserakahan. Keserakahan yang teramat sangat.
Yah, gadis itu masuk dalam perangkap gelap hatinya sendiri.

Ia tidak puas dengan kasih sayang yang harus terbagi, ia tidak puas dengan cinta yang tak bisa ia miliki, ia tidak puas dengan kebahagiaan orang lain yang dia anggap menari-nari diatas penderitaanya.

Lalu, terlintaslah sebuah ide cemerlang diantara tumpukan kebenciannya,
mengapa tak ia lenyapkan saja sumber kebencian itu ?
bukankah lebih bagus untuk menghilangkan selamanya ketimbang menjadi pengganggu dalam hidupnya ?

Dan kemudian itulah yang terjadi, hanya dengan sedikit racun dan sandiwara kecil, keadaan telah berubah drastis. Sumber kebenciannya telah lenyap dari muka bumi ini,
Kini, seorang gadis sebayanya  terbaring dalam makam itu, si cantik Elena, yang tak lain adalah saudara angkatnya sendiri.
Sang gadis masih begitu lekat menatap makam itu, namun kini dengan senyum kecil terukir di bibirnya.
Elena, gadis itu begitu baik padanya, selalu menlongnya, menganggapnya sebagai saudara kandungnya, bahkan mau berbagi apapun dengannya, kecuali satu hal yang tak mungkin untuk elena bagi, dan sayangnya gadis itu juga ingin memiliki “hal” itu seutuhnya.

Sesuatu yang tidak bisa dibagi, artinya hanya dapat dimiliki oleh salah satu pihak saja, atau tidak ada yang dapat memilikinya sama sekali, dan gadis itu lebih memilih untuk memiliknya sendirian.

“Maaf Elena ..” desis gadis itu,
“Bukankah kau sudah cukup puas dengan kesempatan hidup yang penuh dengan keberuntungan ? maka, biarkan aku kini yang menikmatinya, tidurlah dengan tenang, ayah dan ibu masih memiliki aku yang akan menjaga mereka, dan soal kekasihmu, jangan khawatir, aku akan selalu ada disisinya, menggantikanmu …”

Gadis itu kembali tersenyum, penuh dengan kepuasan dalam mata cantiknya, dan kemudian ia berpaling, meninggalkan makam itu dalam kesepian yang panjang …


No comments :

Post a Comment