Monday, October 13, 2014

SALAH


“Hai …”
Dia menoleh dan seperti biasa akan selalu bertampang konyol saat melihatku, pikir Lyla.
“Baru sampai?” tanyanya tanpa rasa bersalah
“Yeah, baru lima menit lalu” padahal Lyla sempat memandangi lukisannya hampir setengah jam, tapi ia tak ingin membuat Rio merasa bersalah atau tidak seharusny merasa bersalah.
Rio kembali asyik dengan lukisannya sedangkan Lyla mengitari studio berukuran 4x4m itu, kecil namun tertata rapi.
“Bagaimana kabar Riri?”, akhirnya ia bertanya juga, pikir Lyla
“Apa kau masih ingat Riri? Aku pikir dia sudah menjadi salah satu model yang tidak kau perlukan lagi”.
Rio tersenyum kecil, walau ia membelakangku tapi aku tau ia sedang tersenyum dan mengaggap lucu sesuatu, entah apa itu karena bagi Rio semuanya lucu.
“Jangan sinis, aku kira semua maslahnya sudah selesai, karena tak ada lagi hubungan antara aku dan riri, pekerjannya sebagai model telah selesai kan?”
Ya, ‘tapi pekerjaannya’ denganmu belum tuntas, bisik Lyla dalam hati. Apa sebegitu dinginnya ia sampai tidak tau bahwa saat ini Riri sedang terluka?
“Riri sahabatku, Rio” suara Lyla mulai bergatar
“Lalu?” Rio sama sekali tidak berbalik bahkan ringan sekali suaranya seperti sedang mendengarkan lelucon
“Kamu sudah menyakitinya yang berarti menyakitiku juga”Lyla masih menahan emosinya
“Hmm….sweet friendship”
Lyla menyipitkan matanya, ia tak percaya bahwa sosok didepannya mampu berkata seperti itu saat ia sedang berusaha membela sahabatnya. Dari dulu ia paham bahwa Rio bukanlah orang yang begitu mempercayai sebuah hubungan, tapi baginya Rio sudah keterlaluan, ia merasa diremehkan apalgi diatas segala perasaannya selama ini.
“Kalau gitu kenapa dulu kamu memberinya harapan?”
Pertanyaan itu berhasil membuat Rio menoleh, lurus ia menatap Lyla
“Siapa yang memberinya harapan? Aku hanya berbuat baik padanya, makan siang bareng, mengantarnya pulang atau mejenguknya saat sakit,itu semua hanya atas nama kebaikan, gak lebih. Dan kalau ia mengartikan lain, maaf itu bukan tanggung jawabkukan?”
Lyla merasa tubuhnya bergetar hebat, harusnya ia tak kaget mendengar kata-kata Rio, bukankah dari SMA ia sudah tau seperti apa sifat Rio? Rio yang begitu cuek, bicara seenaknya, melakukan apapun semaunya, tak peduli pendapat orang dan tak pernah menjalin hubungan apapun, bahkan sekedar hubungan pertemanan. Hubungannya dengan Riopun hanya sekedar say hello dan hanya karena rumah mereka berdekatan, itu juga lebih sering Lyla yang yang menyapa duluan.
Tapi saat ini Lyla benar-benar tak menyangka kata-kata dingin itu bisa kelur dari mulutnya.
“Apa kamu benar-benar sebrengsek itu?” desis Lyla
“Jadi kamu mau aku bagaimana? Berpura-pura menyukainya dan pacaran dengannya begitu? Ayolah Ly, kamu pasti tau sifatku seperti apa. Aku gak akan pernah bisa menjalin hubungan seperti itu …”
“Ya, tapi bukan berarti kamu menyakiti Riri kan?” suara Lyla mulai meninggi, ia sudah tak mampu menahan perasaannya, entah karena Riri yang tersakiti atau dirinya yang mendengar kata-kata itu. Kegalauannya selama ini makin memuncak,kesedihan sahabatnya dan perasaan bersalah itu, semuanya menjadi beban baginya.
Rio meletakkan kuasnya dan berdiri menghadap Lyla, ada kesal tersirat di wajahnya
“Ok, ok aku bersalah dan aku minta maaf, cukup?”
Lama mereka terdiam, Lyla masih berusaha menahan amarahnya sedangkan Rio hanya menatap Lyla seperti hendak menyampaikan sesuatu.
“Mungkin seharusnya aku gak mempertemukanmu dengan Riri,” kata Lyla pelan
Rio tersenyum, sinis, apa hanya Riri yang ada di otakmu La? Sekelebat pertanyaan itu tiba-tiba muncul di benak Rio.
Setelah itu Lyla melangkah pergi dari studio yang dirasanya semakin sempit, tidak lagi seperti dulu saat ia menyimpan rasa itu, saat dimana hari-harinya hanya berputar pada studio lukis dan … Rio.
“Aku suka Rio, La” itu kata-kata Riri yang pernah membuatnya bimbang.
 Berawal dari Lyla yang menawarkan Riri untuk menjadi model lukis Rio, ia tak menyangka bahwa kecuekan Rio mampu menarik rasa sahabatnya. Saat itu ia sudah sangat mengenal Rio yang tak pernah terarik untuk menjalin hubungan apapun tapi ia tak mampu untuk berkata pada Riri, toh ia rasa Riri pun tak akan mendengarkan kata-katanya. Selain itu ia tak ingin merasa munafik pada dirinya sendiri, karena ia mengakui bukan hanya karena tau sifat Rio yang seperti itu ia memperingatkan Riri tapi karena ia juga suka pada Rio. Ia tak ingin menghakimi dirinya sebagai orang yang berusaha menghalangi kebahagiaan sahabatnya.
 Namun sekarang ia merasa benar-benar bersalah, andai ia mengatakan dari dulu pada Riri, mungkin sahabatnya itu tak akan terluka atas penolakan Rio ditambah lagi entah dariman tiba-tiba muncul persaan lega mengetahui Rio sama sekali tak memiliki perasaan apapun pada Riri, Lyla merasa ia telah begitu jahat.
Lyla berlari mencoba menghilangkan semua perasaan itu hingga tubuhnya tak terlihat lagi oleh sepasang mata yang dari tadi memperhatikannya, Rio.
Cowok itu menghela nafas, sesuatu yang tidak pernah dilakukannya karena ia tak pernah sama sekali mempunya masalah yang begitu berat. Karena itu ia tidak pernah menjalin hubungan dengan sipapun dengan akrab, namun kali ini berbeda, menyangkut hatinya yang tiba-tiba tidak mau diatur.
Lyla, cewek yang menurutnya begitu ribut mampu membuat pendiriannya goyah, perlahan ia mulai belajar berhubungan dengan orang lain, membiarkan Lyla mengaca-acak studionya yang bahkan orangtuanya pun tidak ia perbolehkan masuk. Sampai akhirnya ia sadar bahwa ia menyukai Lyla, hal yang selama ini ditakutkannya akan terjadi, namun semuanya telah terlanjur dan ia menikmatinya.
Ia pun tau Lyla juga menyukainya, bukan GR hanya saja ia bisa merasakannya dan inilah kebodohannya, ia tak mampu mengungkapkan perasannya tapi malah menunggu Lyla untuk maju lebih dulu.
Benar-benar bodoh, ia dan Lyla seperti bermain tebak-tebakkan perasaan masing-masing sampai akhirnya mucullah Riri yang dengan terang-terangan mengaku suka padanya. Dan Lyla, walaupun ekspresinya terlihat aneh namun ia masih bisa tersenyum seolah-olah tidak tau perasaan Rio atau mungkin ia memang tidak tau? Atau lagi-lagi ia menyembunyikan perasaanya diantara tumpukan kata sahabat?

Ahhh … Rio menghempaskan badannya ke sofa, entah ia harus apa menghadapi situasi seperti ini, yang ia rasakan sampai saat ini hanyalah perasaan sukanya pada Lyla, apa itu salah? Mungkin saja, atau mungkin kesalahan ini karna Lyla yang tak mengungkapkan perasaan padanya? Bisa jadi, atau mungkin kemunculan Riri yang dirasanya tidak tepat. Atau …atau mungkin semuanya memang telah salah dari awal mereka bertemu.

No comments :

Post a Comment